Banyak Anak Banyak Rezeki? Apakah ada yang salah dengan pepatah lama tersebut? Tidak ada yang salah dengan pepatah tersebut jika digunakan pada masa lalu. Mengapa? Pepatah "Banyak Anak Banyak Rezeki" memang cocok untuk masa lalu karena penduduk Indonesia pada masa lalu belum terlalu banyak jika dibandingkan dengan masa sekarang.
Lalu, apakah pepatah ini cocok digunakan untuk masa sekarang? Untuk masa sekarang mungkin, hampir TIDAK COCOK. Pada masa sekarang, Indonesia menduduki peringkat ke-4 penduduk terbanyak di dunia. Penduduk Indonesia saat ini ada 255,461,700. (sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk). Sekitar 3,49% penduduk di dunia ada di Indonesia.
Bayangkan saja jika setiap orang masih menganut pepatah itu. Mungkin Indonesia akan penuh sesak dengan banyak orang. Menerapkan pepatah tersebut mungkin bisa merugikan pada masa sekarang. Selain itu, pepatah tersebut mungkin akan banyak menimbulkan banyak masalah sosial, antara lain :
1. Kemacetan
Kemacetan mungkin menjadi hal biasa di Jakarta. Kemacetan ini disebabkan oleh banyaknya penduduk yang melakukan mobilitas di Jakarta. Sudah bisa terbayangkan jika jumlah penduduk di Jakarta semakin bertambah.
2. Pengangguran
Masalah ini sudah sering kita jumpai. Permasalahan ini juga disebabkan oleh banyaknya jumlah penduduk yang ingin mencari pekerjaan, tetapi lahan pekerjaan kurang mencukupi. Kurangnya lapangan pekerjaan membuat sebagian orang tidak mendapat pekerjaan
3.Berkuragnya lahan pertanian
Lahan pertanian berkurang disebabkan oleh banyaknya kebutuhuan hunian/perumahan. Sebenarnya, lahan non-produktif sudah digunakan untuk pembangunan rumah, akan tetapi masyarakat terus bertambah sehingga memaksa untuk menjadikan lahan produktif sebagai perumahan. Akibatnya, produksi pangan berkurang, sehingga masyarakat akan kesulitan mencari bahan pangan.
Pepatah "Banyak Anak Banyak Rezeki" tidak sepenuhnya menimbulkan masalah sosial jika diimbangi dengan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang tinggi. Namun faktanya Indonesia masih merupakan negara berkembang yang IPMnya jauh dari bangsa-bangsa yang sudah maju. Jadi, untuk Indonesia saat ini pepatah tersebut sangat tidak cocok.
Lalu, apakah pepatah ini cocok digunakan untuk masa sekarang? Untuk masa sekarang mungkin, hampir TIDAK COCOK. Pada masa sekarang, Indonesia menduduki peringkat ke-4 penduduk terbanyak di dunia. Penduduk Indonesia saat ini ada 255,461,700. (sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk). Sekitar 3,49% penduduk di dunia ada di Indonesia.
Bayangkan saja jika setiap orang masih menganut pepatah itu. Mungkin Indonesia akan penuh sesak dengan banyak orang. Menerapkan pepatah tersebut mungkin bisa merugikan pada masa sekarang. Selain itu, pepatah tersebut mungkin akan banyak menimbulkan banyak masalah sosial, antara lain :
1. Kemacetan
Kemacetan mungkin menjadi hal biasa di Jakarta. Kemacetan ini disebabkan oleh banyaknya penduduk yang melakukan mobilitas di Jakarta. Sudah bisa terbayangkan jika jumlah penduduk di Jakarta semakin bertambah.
2. Pengangguran
3.Berkuragnya lahan pertanian
Lahan pertanian berkurang disebabkan oleh banyaknya kebutuhuan hunian/perumahan. Sebenarnya, lahan non-produktif sudah digunakan untuk pembangunan rumah, akan tetapi masyarakat terus bertambah sehingga memaksa untuk menjadikan lahan produktif sebagai perumahan. Akibatnya, produksi pangan berkurang, sehingga masyarakat akan kesulitan mencari bahan pangan.
Pepatah "Banyak Anak Banyak Rezeki" tidak sepenuhnya menimbulkan masalah sosial jika diimbangi dengan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang tinggi. Namun faktanya Indonesia masih merupakan negara berkembang yang IPMnya jauh dari bangsa-bangsa yang sudah maju. Jadi, untuk Indonesia saat ini pepatah tersebut sangat tidak cocok.
0 Response to "Banyak Anak Banyak Rezeki? Benarkah?"
Posting Komentar